Sabtu, 12 Agustus 2017



Ibnu Taimiyah

Namanya sangat terkenal dikalangan kaum muslimin. Ia merupakan salah satu ulama terbesar yang pernah di lahirkan, Sang mujahid Besar ibnu taimiyyah yang bernama lengkap Taqiyuddin Ahmad bin Abdul Halim lahir dikota Harran salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari Senin 10 Rabiu`ul Awal tahun 661H atau pada tanggal 22 Januari 1263 M. Beliau adalah imam, Qudwah, `Alim, Zahid dan Da`i ila Allah, baik dengan kata, tindakan, kesabaran maupun jihadnya; Syaikhul Islam, Mufti Anam, pembela dinullah dan penghidup sunah Rasul shalallahu`alaihi wa sallam. Beliau juga berasal dari keluarga yang berpendidikan tinggi. Ayah, paman dan kakeknya merupakan ulama besar mazhab Hanbali dan penulis sejumlah buku.

            Berkat kecerdasan dan kejeniusannya, Ibnu Taimiyah yang masih berusia sangat muda telah mampu menamatkan sejumlah mata pelajaran, seperti tafsir, hadits, fiqih, matematika dan filsafat, serta  menjadi yang terbaik diantara teman-teman seperguruannya. Guru Ibnu Taimiyah berjumlah 200 orang, diantarannya adalah Syamsuddin Al-Maqdisi, Ahmad bin Abu Al-khoir, Ibn Abi Al-Yusr, dan Al- Kamal bin Abdul Majd bin Asakir.

Kehidupan Ibnu Taimiyah tidak hanya terbatas pada dunia buku dan kata-kata. Ketika kondisi menginginkannya, tanpa ragu-ragu ia turut serta dalam dunia politik dan urusan public. Dengan kata lain, keistimewaan diri Ibnu Taimiyah tidak hanya terbatas pada kepiawaiannya dalam menulis dan berpidato, tetapi juga mencakup keberaniannya dalam berlaga dimedan perang.

Penghormatan yang lebih besar yang diberikan masyarakat dan pemerintah kepada Ibnu Taimiyah  membuat sebagian orang merasa iri dan berusaha untuk menjatuhkan dirinya. Sejarah mencatat bahwa sepanjang hidupnya, Ibnu Taimiyah telah menjalani masa tahanan sebanyak empat kali akibat fitnah yang dilontarkan para penentangnya. Selama dalam tahanan Ibnu Taimiyah tidak pernah berhenti untuk menulis dan mengajar. Bahkan, ketika penguasa mencabut haknya untuk menulis dengan cara mengambil pena dan kertasnya, ia tetap menulis dengan menggunakan batu arang. Ibnu Taimiyah meninggal dunia didalam tahanan pada tanggal 26 September 1328 M (20 Dzul Qaidah 728 H) setelah mengalami perlakuan yang sangat kasar selama lima bulan.

Ibnu taimiyah merupakan orang yang sabar, cerdas, ghirahnya dalam menuntut ilmu sangat tinggi juga teguh dalam pendiriannya. Semenjak kecil sudah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau. Begitu tiba di Damsyik beliau segera menghafalkan Al-Qur`an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan ahli-ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang. umur beliau belum mencapai belasan tahun, tetapi beliau sudah menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mengalami bidang-bidang tafsir, hadits dan bahasa Arab. Pada unsur-unsur itu, beliau telah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian kitabu-Sittah. dan Mu’jam At-Thabrani Al-Kabir.

Suatu kali, ketika beliau masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama besar dari Halab (suatu kota lain di Syria sekarang, pen.) yang sengaja datang ke Damasyiq, khusus untuk melihat si bocah bernama Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut berkata: Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah seperti dia.

Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama, mempunyai kesempatan untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunah Rasul-Nya shallallahu`alaihi wa sallam.

            Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.

Dua karya buku ibnu taimiyah yang terkenal adalah Al-Hisbah fi Al-Islam dan Al-Siyasah fi islah Al-Rai wa Al-Raiyah. Karya karya hebat yang diciptakan ibnu taimiyah ini terlahir ketika ibnu taimiyah berada didalam penjara. Dalam buku Al-Hisbah fi Al-Islam membahas latar belakang dan beroperasinya pasar dan alasan alasan mengapa perlu adanya kebijakan publik. Sedangkan dalam buku Al-Siyasah fi islah Al-Rai wa Al-Raiyah membahas sistem perekonomian yang bergerak dalam sektor publik.

Ibnu taimiyah adalah orang yang memiliki juga memahami banyak ilmu islam, pendapatnya mengenai hukum hukum islam menjadikan beliau dianggap tidak sejalan dengan hukum Al-Quran dan As-Sunnah oleh pengusa. diriwayatkan oleh ke tiga muridnya Ibnu Taimiyah bukan ahli ibadah 3 bulan jelang matinya dipenjara Ibnu Taimiyah baru menjalani kehidupan ibadah yg sesungguhnya. Ibnu Taimiyah bukan ahli iman yg sempurna dengan mencintai Rasul. Ibnu taimiyah mencela mereka yg merayakan Maulid Nabi, israk mikraj, dan mencela mereka yg memuji Rasul dg salawat2 yg panjang, itu bid’ah dan syirik, katanya. Bagi Ibnu Taimiyah mencintai Rasul itu cukup dg mengikuti sunnah, maka itu selesai. Ibnu Taimiyah hanya Ahli Syariat rukun islam dan bukan Ahli Hakekat rukun iman.

Dengan beratnya kehidupan ibnu taimiyah keluar masuk penjara selama empat kali tidak menjadikan beliau gentar, lemah, justru beliau semakin semangat dalam menuntut ilmu terbukti dari lahirnya dua buku beliau yang terkenal. Terakhir beliau harus masuk ke penjara Qal`ah di Dimasyq. Dan beliau berkata: Sesungguhnya aku menunggu saat seperti ini, karena di dalamnya terdapat kebaikan besar. Ternyata penjara baginya tidak menghalangi kejernihan fitrah islahiyah-nya, tidak menghalanginya untuk berdakwah dan menulis buku-buku tentang aqidah, tafsir dan kitab-kitab bantahan terhadap ahli-ahli bid`ah.
                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar